• +6221 4288 5430
  • +62 8118 242 558 (BIC-JKT)
  • +62 8118 242 462 (BIC-INA)
  • info@bic.web.id

Webinar Jababeka PEC: Lompatan Inovasi Jauh Ke Depan



Pada tanggal 10 Juli 2020 yang lalu, BIC diundang sebagai narasumber Webinar dengan tema: "Memanfaatkan Teknologi Negara Maju, untuk melakukan Lompatan Inovasi Jauh ke Depan" yang diprakarsai oleh President Executive Club, President University / Jababeka. Webinar dimaksudkan untuk mengundang pemikiran-pemikiran dari berbagai narasumber tentang bagaimana Indonesia dapat melakukan lompatan inovasi jauh ke depan, akar dapat mengejar ketertinggalan Indonesia dalam inovasi, yang sangat diperlukan agar Indonesia dapat menjadi negara yang berdaya saing, dan dapat keluar dari jebakan "middle income trap". Dr. S.D. Darmono sebagai Founder dari Jababeka Group dan President University, dalam pengantarnya mengatakan bahwa dengan menarik minat investasi dan alih teknologi dari negara maju, Indonesia akan dapat melakukan "leapfrogging" dalam berinovasi, sehingga pada gilirannya akan mengakselerasikan pertumbuhan ekonomi dan bisnis di Indonesia. 

Webinar yang dimoderatori oleh Pof. Dr. Jony O. Haryanto, Rektor President University ini menghadirkan tokoh-tokoh kunci Indonesia dalam soal sains, teknologi, dan inovasi yaitu: Dr. Hammam Riza, Ka BPPT yang menyampaikan paparan kunci pada webinar;  Dr. Bambang Setiadi sebagai Ketua Dewan Riset Nasional (DRN); Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro sebagai Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Ir. Bernardus R. Djonoputro, sebagai Ketua Ikatan Ahli Perancang Indonesia, dan Kristanto Santosa mewakili Business Innovation Center (BIC).     

Sebagai pemapar terakhir, Kristanto menilai bahwa saat ini Indonesia memiliki peluang "emas" untuk melakukan lompatan inovasi jauh ke depan, dengan baru diterbitkannya berbagai pranata regulasi dan kebijakan baru dalam inovasi; yang dengan sedikit penyesuaian (alignment) akan dapat dibangun suatu sinergi "win-win" di antara komponen triple helix A-B-G, apalagi dengan dorongan kepemimpinan nasional yang terus-menerus mendorong "inovasi" termasuk melalui kolaborasi mancanegara. Namun, Kristanto menekankan sinergi hanya bisa terjadi kalau kita dapat menyingkirkan berbagai penghambat terjadinya sinergi, termasuk terjadinya berbagai peraturan dan kebijakan yang berbenturan, atau sebaliknya berjalan sendiri-sendiri. Pada akhir paparan Kristanto mengusulkan suatu peluang konkrit untuk meraih "quick-win" inovasi, dengan mensinergikan kebijakan insentif perpajakan bagi pelaku bisnis yang berinovasi, dengan kebijakan pemberian insentif bagi layanan litbang pemerintah yang "laku", dan hadirnya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN),  yang diharapkan menjadi aktor dan pendorong inovasi berbasis sinergi A-B-G. Semoga impian bersama Webinar bisa menjadi kenyataan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Salam inovasi !
(KS/11/07/20)
 


Komentar

Belum ada komentar

Tinggalkan Pesan

Berita Terbaru

UPDATE: 117 INOVASI INDONESIA – 2025, BATCH KE LIMA

Update Berita (05-10-2025):  Penerimaan proposal inovasi Batch Keempat menuju pemilihan &l

WADUUH …..!!! INDEKS INOVASI INDONESIA – 2025 TURUN

Tahun 2025 ini Indonesia diberitakan menduduki peringkat ke 55 dari 139 negara dalam Indeks Ino

ANCAMAN LEMBAH KEMATIAN UPAYA HILIRISASI INOVASI KITA

BIC menerima "forward" dari seorang aktivis inovasi, yang berisi tulisan atau ulasan di se

KSTI 2025: MENJADIKAN SAINS & TEKNOLOGI KEKUATAN INDUSTRI

Beberapa menteri kunci Kabinet Merah Putih bergabung dalam Konvensi Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan

EKOSISTEM INOVASI DORONG PERTUMBUHAN EKONOMI

Di awal tahun 2025 diskusi online GIMI Think-Tank mengangkat keajaiban Inovasi Dubai dalam membangun